Sejarah Singkat Suku Betawi Memiliki Kekerabatan Etnis dengan Melayu

- 22 Juni 2024, 23:48 WIB
Sejarah Singkat Suku Betawi Memiliki Kekerabatan Etnis dengan Melayu
Sejarah Singkat Suku Betawi Memiliki Kekerabatan Etnis dengan Melayu /ilustrasi-Malanghits.com/

Malanghits.com - Suku Betawi adalah salah satu suku bangsa di Indonesia yang mempunyai kekerabatan etnis dengan Melayu, Sunda, dan Jawa. Pada umumnya, Orang Betawi mendiami wilayah Jakarta dan daerah sekitarnya.

Munculnya Betawi pertama kali pada abad ke-18, yang merupakan sebagai suatu komunitas dari beberapa etnis yang menetap di Batavia.

Secara etimologi nama Betawi berasal dari kata ‘Batavia’ yang lama kelamaan berubah menjadi ‘Batavi’, kemudian dari kata ‘Batawi’ lalu berubah menjadi ‘Betawi’ hal ini dikarenakan untuk menyesuaikan dengan lidah masyarakat lokal.

Baca Juga: Sejarah Musik Dangdut yang Terkenal di Indonesia

Secara historis, suku Betawi adalah masyarakat yang multietnik serta membaur dan membentuk sebuah satu kesatuan (entitas) baru.

Suku Betawi terlahir karena adanya percampuran akulturasi budaya antara masyarakat yang mendiami Batavia.

Setelah adanya percampuran budaya tersebut, adat-istiadat, tradisi, bahasa, sertya yang lainnya, maka pada akhirnya dibuat sebuah komunitas besar di Batavia.

Dimana komunitas tersebut lama kelamaan melebur menjadi suku serta identitas baru yang dinamakan dengan Betawi.

Adapun penggunaan kata Betawi sebagai sebuah suku diawali dengan pendirian sebuah organisasi yang bernama Pemoeda Kaoem Betawi yang didirikan pada tahun 1923.

Sejarah penduduk asli Jakarta, zaman dahulu namanya Sunda Kalapa, diawali pada masa zaman batu yang sudah ada sejak zaman neolitikum.

Baca Juga: Sejarah Musik Keroncong Khas Indonesia yang Diminati Oleh Bangsa Portugis

Dikutip dari berbagai sumber malanghits.com, Jakarta Raya serta sekitarnya dari zaman prasejarah hingga kerajaan Pajajaran, secara arkeologis telah memberikan bukti yang kuat serta ilmiah tentang sejarah penghuni Jakarta serta sekitarnya dari masa sebelum Tarumanagara pada abad ke-5.

Telah dikemukakan bahwa paling tidak sejak zaman neolitikum atau zaman batu baru sekitar 3.500–3.000 tahun yang lalu, daerah Jakarta dan sekitarnya di mana terdapat adanya aliran-aliran sungai besar seperti Ciliwung, Cisadane, Bekasi, dan Citarum pada tempat-tempat tertentu sudah didiami oleh manusia yang menyebar hampir di seluruh wilayah Jakarta.

Dari alat-alat yang ditemukan di situs-situs tersebut, seperti kapak, beliung, pahat, pacul yang sudah halus dan memakai gagang dari kayu, disimpulkan bahwa masyarakat manusia itu sudah mengenal pertanian dan peternakan. Bahkan di mungkinkan juga mengenal struktur organisasi kemasyarakatan yang teratur.

Adapun seni dan budaya asli penduduk Jakarta atau Betawi dapat dilihat dari temuan arkeologis, seperti giwang-giwang yang ditemukan dalam penggalian di Babelan, Kabupaten Bekasi yang berasal dari abad ke-11 masehi.

Selain budaya Betawi juga terjadi dari proses campuran budaya antara suku asli dengan dari beragam etnis pendatang atau pun yang biasa dikenal dengan istilah Mestizo.

Sejak masa tersebut, wilayah bekas kerajaan Salakanagara dan kemudian dikenal dengan ‘Kalapa, pada masa sekarang adalah Jakarta, yang merupakan wilayah yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara, Percampuran budaya juga datang pada masa Kepemimpinan Raja Pajajaran, Prabu Surawisesa di mana Prabu Surawisesa mengadakan perjanjian dengan Portugal serta dari hasil percampuran budaya antara Penduduk asli dan Portugal inilah lahir Keroncong Tugu.

Baca Juga: Menelusuri Sejarah Singkat Awal Masuknya Musik Rock di Indonesia

Dimana suku-suku yang mendiami Jakarta sekarang antara lain, Suku Betawi, Jawa, Sunda, Melayu, Minang, Batak, Bugis, dan masih banyak yang lainnya.

Selain dari penduduk Nusantara, dimana budaya Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, Belanda, dan Portugis.

Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta, agak tersingkirkan oleh para penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta serta pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten.

Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain, baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, maka didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.

Dikutip dari berbagai sumber malanghits.com, adapun penduduk asli Jakarta merupakan penduduk Nusa Jawa. Dimana pada masa itu, penduduk di Nusa Jawa merupakan satu kesatuan budaya, bahasa, kesenian, dan adat kepercayaan mereka sama.

Suku Betawi merupakan salah satu suku asli Pulau Jawa, adapun suku ini menempati kota Jakarta.

Selain itu persebaran dari suku ini disektar daerah Jakarta seperti Bekasi, Bogor, Tangerang.

Pada saat zaman Belanda, maka terbentuklah suku ini dari kelompok masyarakay yang homogen, menjadi suku Betawi. Nama Betawi diambil dari nama Jakarta pada masa itu yaitu Batavia.

Baca Juga: Generasi Z harus Tahu Nih, Siapa Pendirinya Irama Records Pertama di Indoensia

Suku Betawi merupakan gabungan dari beberapa suku bangsa seperti Bali, Sumatera, China, Arab dan Portugis, dimana suku ini terbentuk pada abad ke-17.

Pada saat Mohammad Husni Tamrin membentuk suku Betawi, maka suku ini mulai populer di abad 1918. Menurut sejarawan Sagiman, suku Betawi sudah ada sejak zaman Neolitikum.

Pada tahun 3500-3000 tahun yang lalu, yaitu pada zaman neolitikum atau batu baru, Jakarta sudah dihuni oleh manusia dan menyebar ke hampir seluruh wilayah Jakarta.

Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya situs-situs seperti kapak, beliung, pahat. Pacul yang sudah benbentuk halus dan memakai gagang dari kayu.

Dapat disimpulkan bahwa pada zaman tersebut, manusia sudah mengenal sistem pertanian dan peternakan. Bahkan dimungkinkan juga mereka telah mengenal struktur organisasi kemasyarakatan.

Ada juga yang berpendapat bahwa penduduk asli Betawi merupakan penduduk Nusa Jawa. Dimana ia berpendapat pada masa itu penduduk Nusa Jawa merupakan satu kesatuan kebudayaan.

Secara geografis masyarakat Betawi dibagi dua bagian yaitu, Betawi Tengah dan Betawi Pinggiran.

Adapun masyarakat Betawi Tengah terdiri dari Tanjung Priok atau meliputi radius 7 km dari Monas. Dimana wilayah ini mayoritas dipengaruhi oleh budaya Melayu dan Agama Islam yang terlihat dalam kesenian Samrah, Zapin dan berbagai macam Rebana.

Dari segi bahasa, Betawi Tengah ada perubahan vokal a dalam suku kata akhir bahasa Indonesia menjadi e, misal guna menjadi gune.

Masyarakat Betawi pinggir, sering disebut juga orang Betawi Ora dan dibagi menjadi dua kelompok bagian yaitu utara dan selatan.***

Editor: Reno Sari


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah