Sejarah Koteka, Baju Adat Unik Asal Papua yang Melegenda

- 18 Mei 2024, 19:53 WIB
Sejarah Koteka, Baju Adat Unik Asal Papua yang Melegenda
Sejarah Koteka, Baju Adat Unik Asal Papua yang Melegenda /ilustrasi/

Malanghits.com - Indonesia mempunyai ragam suku dan budaya. Salah satunya adalah pakaian adat Papua yang unik berupa Koteka.

Baju adat ini banyak menjadi sorotan karena hanya menutupi bagian kemaluannya saja.

Sedangkan, bagian tubuh lainnya dibiarkan telanjang. Namun, baju adat ini mempunyai asal-usul dan makna yang mendalam.

Baca Juga: Sejarah Batik Indonesia, Sebuah Warisan Budaya yang Sangat Berharga

Baju adat Koteka merupakan pakaian untuk menutup kemaluan seorang laki-laki di sebagian budaya penduduk asli Papua.

Penamaannya sendiri berasal dari bahasa Mee yang dulunya dikenal dengan bahasa Ekagi atau Ekari.

Koteka dipakai kaum laki-laki, sedangkan perempuan memakai rok rumbai yang dibuat dari daun sagu kering.

Baca Juga: Menelusuri Sejarah Baju Adat Betawi yang Identik Dengan Warna Cerah

Baju adat ini dalam bahasa Mee suku Paniai berarti pakaian. Bahasa Mee sendiri digunakan oleh suku yang ada di daerah Pegunungan Tengah Papua bagian barat.

Jika di masa sekarang, masuk dalam wilayah Kabu 6 Paniai. Selain itu, juga masuk di wilayah Kabupaten Intan Jaya, Deiyai, dan Nabire.

Baju adat ini mulai diperkenalkan secara luas oleh guru-guru yang ada di sekolah pemerintahan Belanda.

Baca Juga: Sejarah Baju Kurung, Salah Satu Warisan Budaya Melayu yang Patut Dilestarikan

Saat itu, tepatnya ketika mengajar di lembah Baliem pada tahun akhir 1940-1950.

Meskipun begitu, ternyata baju adat ini juga telah dikenal berabad-abad lalu. Hal itu terbukti pada tahun 1855.

Pada tahun tersebut, misionaris Belanda yang menempatkan pos pertamanya di Papua. Mereka mendorong masyarakat pedalaman agar meninggalkan kebiasaan berpakaian seperti itu.

Mengingat cara berpakaiannya hampir nyaris telanjang. Jadi, hanya tersedia 1 penutup yaitu pada daerah kemaluan.

Kemudian, pakaian adat Papua ini kembali menjadi masalah ketika pemerintahan Orde Baru.
Jadi, akhirnya pemerintah mengadakan Operasi Koteka tepatnya di tahun 1971-1974.

Program meliputi bidang politik, ekonomi, dan sosial dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup serta mengembangkan kebudayaan rakyat.

Namun, program tersebut mendapatkan penolakan serta perlawanan dari penduduk lokal. Akibat dari penolakan itu, terdapat sejumlah laporan yang menunjukkan aksi pemaksaan.

Diantaranya seperti penyitaan, tindak kekerasan, hingga pembakaran baju adat.

Meskipun begitu, akhirnya program tersebut tetap gagal dan pemerintah tidak menindaklanjuti mengenai pengadaan pakaian.

Baju adat koteka ini terbuat dari Riambo atau moncong burung taong-taong dan juga labu. Moncong burung taong-taong sendiri didapatkan dari memburu.

Sedangkan, untuk pembuatan dari labu air yang dipilih adalah berwarna putih dan panjang.
Labu tersebut dibuang biji serta daging buahnya. Selain itu, biasanya yang dipilih ialah labu air berusia tua.

Jadi, teksturnya lebih keras dan juga awet setelah dikeringkan. Tidak hanya sebagai penutup kemaluan laki-laki.

Akan tetapi, juga ada makna dibalik pemakaiannya, seperti jika kedudukan semakin tinggi, maka ukurannya lebih besar.

Makna dan Fungsi dari Pakaian Adat Papua

Pada umumnya, makna dari pakaian adat Papua ini mempunyai nilai-nilai yang baik untuk penggunaannya.

Mulai dari nilai kepemimpinan, kebersamaan, kebanggaan, kebesaran, dan lain sebagainya.

Maka dari itu, pakaian adat ini cukup penting bagi kehidupan suku di wilayah pegunungan tengah Papua.

Di bawah ini akan menjelaskan mengenai makna dan fungsi Koteka yang lebih umum.

1. Simbol Kedewasaan

Makna dan fungsi yang pertama adalah sebagai simbol kedewasaan seorang pria yang ada di Papua.

Selain itu, terkadang juga mempunyai fungsi lain. Misalnya untuk menyimpan uang pemakainya.

Biasanya, pembuat baju adat ini melapisinya dengan daun. Kemudian, uang tersebut diletakkan di ruang yang masih tersisa dalam pakaian adat ini.

2. Baju Adat Papua sebagai Penanda Suku Asal

Menurut sebagian penduduk asli Papua, pakaian adat ini tidak hanya sekedar pakaian tradisional.

Akan tetapi, juga mempunyai makna yang lebih mendalam. Salah satunya ialah sebagai penanda suka asal dari pemakainya.

Hal itu karena setiap suku di pedalaman Papua memiliki bentuk dan cara penggunaan yang berbeda-beda. Dengan begitu, akan lebih mudah mengenali antara satu suku dengan lainnya.

Selain itu, terkadang penggunaannya juga bisa dilihat dari aktivitas yang hendak pemakai lakukan.

Jadi, hanya perlu melihat dari bentuk dan cara penggunaan pakaian adatnya jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan.

Sedangkan, koteka untuk perempuan tidak ada. Hal itu karena pakaian adat untuk perempuan menggunakan rok rumbai.

3. Cinderamata Khas Papua

Saat ini, penggunaan pakaian adat ini semakin jarang ditemui. Hal itu karena sudah banyak dari penduduk Papua yang mengikuti perkembangan zaman dengan menggunakan pakaian modern.

Meskipun begitu, pakaian adat ini tetap bisa kamu temukan di Papua, karena kebanyakan dijadikan sebagai souvenir.***

Editor: Jingga Almadea


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah