Sejarah Baju Kurung, Salah Satu Warisan Budaya Melayu yang Patut Dilestarikan

- 18 Mei 2024, 18:57 WIB
 Sejarah Baju Kurung, Salah Satu Warisan Budaya Melayu yang Patut Dilestarikan
Sejarah Baju Kurung, Salah Satu Warisan Budaya Melayu yang Patut Dilestarikan /ilustrasi/

Malanghits.com - Baju kurung merupakan salah satu warisan budaya Melayu yang patut dilestarikan dan dikembangkan.

Baju kurung tidak hanya menunjukkan identitas dan kekayaan budaya Melayu, tetapi juga menampilkan nilai-nilai estetika, sopan santun, dan religiusitas.

Baju kurung juga dapat menjadi inspirasi bagi para desainer dan pengrajin untuk menciptakan karya-karya fashion yang unik dan menarik.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Ngubek Empang, Ajang Silaturahmi Khas Warga Depok yang Tidak Hilang Tergerus Zaman

Catatan dari Tiongkok di mengabarkan bahwa masyarakat Melayu baik perempuan maupun lelaki pada abad ke-13 hanya mengenakan penutup tubuh bagian bawah.

Dalam perkembangannya, perempuan Melayu memakai sarung dengan model "berkemban" yakni melilitkan sarung di sekeliling dada.

Celana juga mulai dipakai, dengan model "Gunting Aceh" yaitu celana yang panjangnya hanya sedikit di bawah lutut.

Baca Juga: Sejarah Menara Eiffel, Salah Satu dari Tujuh Keajaiban Dunia yang Paling Populer

Baju kurung sendiri merupan pakaian adat dari suku Melayu yang dijumpai pada beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei Darusalam, hingga Thailand bagian selatan.

Namun kemudian perdagangan membawa pengaruh budaya asing terutama di Melaka yang merupakan pelabuhan terkenal dan persinggahan para pedagang dari seluruh dunia. Barang-barang dari Tiongkok, India, dan Timur Tengah berdatangan.

Selain perniagaan, hal ini juga memaparkan masyarakat Melayu kepada cara berpakaian orang-orang asing tersebut.

Baca Juga: Menelusuri Sejarah Asal Usul Bantargebang, Berawal dari Anak yang Menangis

Orang Melayu juga mengadopsi Islam sebagai agama mereka, dan ini memengaruhi cara berpakaian karena di dalam agama baru ini terdapat kewajiban untuk menutup aurat baik bagi perempuan maupun laki-laki.

Puncaknya adalah pada tahun 1400an, di mana pakaian Melayu digambarkan dengan jelas dalam karya kesusasteraan Sejarah Melayu (Malay Annals).

Menurut Sejarah Melayu, Sultan Mansur Shah, penguasa keenam Malaka, pernah melarang wanita Melayu memakai sarung atau kain kemban dari bagian bawah dada karena tidak mencerminkan identitas seorang wanita Muslim saat itu.

Di sinilah kita dapat melihat kemunculan baju kurung, di mana sudah mulai lazim bagi orang Melayu untuk memakai semacam tunik untuk menutupi tubuh mereka.

Tunik adalah pengaruh dari timur tengah, ditunjukkan dalam bentuk kerah baju yang dipakai oleh orang Arab.

Menurut Judi Achjadi dalam buku "Pakaian Daerah Wanita Indonesia", baju kurung diperkenalkan oleh pedagang-pedagang Islam dan India barat.

Ini terlihat dari leher berbentuk tunik. Baju kurung pada masa Malaka pada awalnya berpotongan ketat dan juga pendek.

Tun Hassan Temenggong, pangeran Bendahara Seri Maharaja Tun Mutahir, di kesultanan Melaka abad ke-15, merupakan orang yang pertama mengubah potongan baju kurung menjadi lebih longgar dan panjang.

Menurut Dato' Haji Muhammad Said Haji Sulaiman dalam buku "Pakaian Patut Melayu", baju kurung seperti yang kita kenal sekarang berasal dari masa pemerintahan Sultan Johor, Sultan Abu Bakar pada tahun 1800 di Teluk Belanga, Singapura.

Sementara Mattiebelle Gettinger menjelaskan bahwa baju kurung telah dipakai oleh penari istana di Palembang dan telah menjadi jenis pakaian populer di Sumatra pada abad ke-20.***

 

Editor: Jingga Almadea


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah