Banyak Orang Belum Tahu, Sejarah Rokok Pertama Kretek di Indonesia

- 1 November 2023, 14:57 WIB
Banyak Orang Belum Tahu, Sejarah Rokok Pertama Kretek di Indonesia
Banyak Orang Belum Tahu, Sejarah Rokok Pertama Kretek di Indonesia /ilustrasi/

Malanghits.com , Dji Sam Soe adalah merek rokok kretek pertama di Indonesia yang berdomisili dan berbasis di Surabaya, Jawa Timur. Merek ini diluncurkan pada tahun 1913 di Surabaya.

Sejarah
Rokok Kretek diperkenalkan oleh Haji Jamhari pada tahun 1880. Tembakau dicampur dengan cengkih yang akan menghasilkan bunyi "kretek, kretek" jika dibakar dengan api.

Cengkih mengandung eugenol yang dapat meningkatkan kadar tar dan nikotin ketika dicampur dengan tembakau.

Baca Juga: Potret Suku Toraja Masih Menganut Tradisi Peninggalan Nenek Moyang

Pada tahun 1913, Handel Matschappij Liem Seeng Tee NV berdiri sebagai cikal bakal Dji Sam Soe, yang mana kata tersebut berasal dari dialek Hokkien.

Dji Sam Soe diperkenalkan oleh Liem Seeng Tee pada tahun 1913 dan diproduksi melalui pabrik di Surabaya, Jawa Timur.

Menurut Garda Maeswara (2010 : 109), pada tahun 1916, Liem Seeng Tee sempat membeli tembakau dari seorang pedagang tembakau yang bangkrut.

Baca Juga: Suku Kerinci Kuno, Salah Satu Suku yang Terkenal Dengan Kekayaan Budayanya

Menurutnya, pada tahun 1940, penjualan Dji Sam Soe tumbuh pesat dengan hasil produksi mencapai 3 juta batang, sehingga jumlah pekerja untuk melinting rokok Dji Sam Soe ditingkatkan menjadi 1.300 orang.

Pada tahun 1956, Liem Seeng Tee wafat dan digantikan oleh putranya, Liem Swee Ling (Aga Sampoerna). Perseroan didirikan pada tahun 1963 dengan mengganti nama Belanda tersebut menjadi PT Hanjaya Mandala (HM) Sampoerna.

PT HM Sampoerna mengembangkan berbagai produk dengan meluncurkan Sampoerna Hijau pada tahun 1968, namun Sampoerna Hijau sempat kurang terkenal dibandingkan Minak Djinggo, produk asal Kudus dengan kemasannya yang tahan air.

Baca Juga: Mengintip Keeksotisan dan Misteri yang Tersimpan dari Tradisi Mumi Suku Dani di Lembah Baliem

Tetapi, pada era awal tahun 2000-an hingga saat ini, Sampoerna Hijau mulai dikenal luas dan mulai dijual dengan menyasar kalangan perokok dari menengah ke bawah.

Pada tahun 1990-an, Dji Sam Soe mengembangkan produk alternatif melalui mesin sigaret kretek, Dji Sam Soe Fatsal-9, dengan menurunkan kadar tar sebanyak 6 miligram menjadi 33 miligram.

Menurut majalah Asiaweek (6 September 1996 : 52-53), beberapa tahun setelah PT HM Sampoerna memasuki bursa saham, PT HM Sampoerna mendirikan anak perusahaan di luar negeri yaitu Transmarco di Singapura.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Sabung Ayam Tajen dan Tabuh Rah di Bali

Dji Sam Soe juga memperluas jaringan ekspor secara agresif di Malaysia dan Myanmar pada tahun 1995. Distribusi dan ekspor dilakukan secara intensif.

Apalagi ketika itu, Putera Sampoerna sedang meninjau kegiatan usaha PT Astra International (otomotif) di Myanmar.

Menurut George Junus Aditjondro (2006 : 136-137), pengusaha rekan dekat Soeharto yang memiliki saham di PT Astra International adalah Putera Sampoerna dan Bob Hasan. Menurutnya, keduanya sempat memiliki sebagian saham di PT Astra International. (Gatra, 8 Juli 1995; Info Bisnis, 30 Juli 1996, hal. 29)

Baca Juga: Sejarah Awal Terciptanya Danau Toba, Danau Terbesar di Indonesia yang Melegenda

Pada periode 2000-an, Dji Sam Soe memperkuat dan mengembangkan produk, terutama segmen menengah ke atas dengan memperkenalkan.

Dji Sam Soe Super Premium dan Magnum Filter pada tahun 2004. Pada tahun 2005, Altria Group mengambil alih 97% total saham PT HM Sampoerna Tbk. melalui proses tender penempatan strategis swasta.

Dji Sam Soe pernah mengeluarkan kemasan khusus yang terbuat dari alumunium, yaitu "Dji Sam Soe Masterpiece" pada tahun 2008 dan "Dji Sam Soe Citarasa Legendaris" pada tahun 2012.

Baca Juga: Sepenggal Kisah Ken Arok dan Ken Umang, Bukti Cinta Tidak Mengenal Kasta Maupun Kejelitaan Raga

Dji Sam Soe meningkatkan kompetensi di bidang sigaret kretek tangan melalui Dji Sam Soe Gold, namun merek tersebut juga terhenti di tengah jalan.

Sukses menjadi merek sigaret kretek tangan tersukses di tanah air, Dji Sam Soe mulai berinvasi dengan menghadirkan mesin sigaret kretek pertama.

Produk sigaret kretek mesin pertama Dji Sam Soe ialah Dji Sam Soe Filter dalam kategori SKM Full Flavour. Diluncurkan pada pertengahan 90-an, dan sayangnya merek ini harus menghentikan penjualannya di awal 2010-an.

Baca Juga: Sepenggal Kisah Ken Arok dan Ken Umang, Bukti Cinta Tidak Mengenal Kasta Maupun Kejelitaan Raga

Untuk mempelajari kegagalan Dji Sam Soe Filter, pada tahun 2005 diluncurkanlah Dji Sam Soe Super Premium Magnum Filter (sejak 2011 Magnum Filter menjadi merek tersendiri).

Magnum Filter langsung sukses di pasaran setelah tahun 2011 dan sampai saat ini masih banyak peminatnya.

Dji Sam Soe meluncurkan sigaret kretek mesin baru yang rendah tar dan rendah nikotin (LTLN), yaitu Magnum Blue yang kemudian berganti nama menjadi Magnum Mild, untuk terus membangun keunggulan dan memperkuat kompetensi utama PT HM Sampoerna Tbk.

Baca Juga: Taman Ismail Marzuki, Sarana Berkumpulnya Para Seniman Menuangkan Pikiran dan Ekspresinya

Di bidang sigaret kretek mesin LTLN sejak kehadiran A Mild pada tahun 1990 dan U Mild pada tahun 2004.

Pada tahun 2022, Dji Sam Soe meluncurkan kembali SKM Full Flavor terbaru mereka, yakni Magnum Classic.

Rokok ini menggunakan perpaduan klasik Sampoerna yang dahulu pernah diterapkan oleh Sampoerna Exclusive, Dji Sam Soe Filter, Marlboro Filter Mix 9, Sampoerna A Flava Bold, Philip Morris Bold/Magnum (sebelumnya bernama Sampoerna U Bold Filter) dan Sampoerna A Filter.

Baca Juga: Taman Ismail Marzuki, Sarana Berkumpulnya Para Seniman Menuangkan Pikiran dan Ekspresinya

Sayangnya, produksi Magnum Classic tidak berlangsung lama dimana di awal tahun 2023 produksi rokok ini dihentikan.

Sehingga untuk produk SKM Full Flavour milik HM Sampoerna hanya tersisa Dji Sam Soe Magnum Filter dan Marlboro Filter Black saja.

Sejak 27 Agustus 2023, merek Dji Sam Soe Magnum Mild dileburkan ke dalam lini Sampoerna A sebagai Sampoerna A Ultramild yang sudah terlebih dulu menjadi pengganti dari U Mild.

Baca Juga: Demi Ponakan Ketua Mahkamah Konstitusi Membuka Jalan Gibran Menuju Cawapres Prabowo

Dengan dileburnya Dji Sam Soe Magnum Mild menjadi Sampoerna A Ultramild, maka Sampoerna A menjadi satu-satunya lini SKM LTLN milik HM Sampoerna.

Kini, Dji Sam Soe sudah menjadi sebuah "Mahakarya Indonesia" selama 110 tahun masa produksinya.

Dji Sam Soe kini menjadi sebuah merek andalan bagi Sampoerna yang menyasar segmen premium, sementara Sampoerna A Kretek menjadi andalan Sampoerna yang menyasar segmen menengah ke bawah.

Baca Juga: Mengintip Beragam Kuliner Khas Turki yang Paling Populer

Proses produksi
Menurut kemasannya, Dji Sam Soe terbuat dari tembakau-tembakau terbaik yang terdiri dari tembakau lokal yang datangkan dari Surabaya, Pasuruan, dan Madura.

Selain itu, Dji Sam Soe juga menggunakan tembakau Turki dan tembakau Amerika, serta cengkih terpilih.

Untuk sigaret kretek tangan, jumlah pekerja untuk melinting produk ini adalah 234 (dua ratus tiga puluh empat) orang, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih, serta mesin otomatis yang telah digunakan sejak 1990 dengan kapasitas produksi 6.000 batang per menit.

Baca Juga: Bercitarasa Kenyal dan Gurih Itulah Kue Kantung Semar Kuliner Khas Pontianak

Banyak Orang Belum Tahu, Sejarah Rokok Pertama Kretek di Indonesia
Banyak Orang Belum Tahu, Sejarah Rokok Pertama Kretek di Indonesia

Untuk menjaga kualitas dalam manajemen, proses produksi Dji Sam Soe telah memenuhi standar ISO 9001:2000 dan ISO 14001:2004. Ditambahkan oleh Garda Maeswara (2010 : 110), selain entitas anak usaha PT HM Sampoerna Tbk.

di Singapura, Transmarco (Asiaweek, 6 September 1996 : 52-53), PT HM Sampoerna Tbk. telah menyelesaikan pembangunan mirroring IT system melalui Integrated Business Solution of Asia (IBSA).

Layanan informasi teknologi (IT) dan konsultan manajemen dengan klien dari Indonesia dan Singapura guna memperkuat kelangsungan usaha PT HM Sampoerna Tbk.

Khususnya dalam proses produksi Dji Sam Soe, dan meminimalisir risiko operasional. Menurutnya, IBSA telah tumbuh menjadi salah satu industri IT terkuat di Asia Tenggara.***

Editor: Sam Legowo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah