Menelusuri Sejarah dan Asal Usul Nasi Uduk, Hidangan Persilangan Dua Budaya

- 25 April 2024, 21:28 WIB
Menelusuri Sejarah dan Asal Usul Nasi Uduk, Hidangan Persilangan Dua Budaya
Menelusuri Sejarah dan Asal Usul Nasi Uduk, Hidangan Persilangan Dua Budaya /ilustrasi/

Apalagi setelah jatuhnya Portugis Malaka ke tangan Belanda pada tahun 1641, maka hubungan dagang bandar Malaka dan Batavia kian erat, karena keduanya dimiliki Belanda.

Jejak migrasi suku Melayu ke Batavia dapat terlihat dari adanya nama bernuansa Melayu, yakni Kampung Melayu, dekat Jatinegara, di Jakarta Timur.

Ada pula yang memercayai bahwa nasi uduk konon berasal dari buah pikir Sultan Agung dari Mataram, yang terinspirasi oleh pengalamannya memakan nasi kebuli.

Hidangan ini mulai dibuat penduduk pulau Jawa dan dipopulerkan oleh Hindia Belanda setelahnya.

Menurut Babad Tanah Jawi, sultan Mataram gemar makan "nasi arab", yang mungkin merujuk pada berbagai jenis Pilaf atau nasi bergaya Arab.

Hidangan nasi dari Arab sering disebut nasi kebuli (populer di kalangan keturunan Arab di Indonesia) atau nasi biryani (hidangan Muslim India).

Kedua hidangan tersebut paling umum dikenal di kalangan Muslim Jawa pada saat itu.

Sultan Agung kemudian memutuskan untuk membuat "hidangan Arab" versi lokal, menggunakan bahan-bahan lokal.

Ia melakukan ini antara lain untuk mengurangi pengeluaran negara (biaya untuk membeli bahan-bahan impor untuk membuat masakan nasi khas Arab sangat tinggi) dan untuk meningkatkan kebanggaan lokal.

Tak lama kemudian, sega uduk menjadi bagian dari "syarat" dalam upacara "terima kasih" adat Jawa, yang sering disebut banca'an (bancakan) atau slametan.

Halaman:

Editor: Jingga Almadea


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah