"Dari kasus sebelumnya sudah mulai turun dibandingkan minggu-minggu sebelumnya, tapi memang masih ada kasusnya. Puncaknya ada di Minggu ke 14 itu dalam satu pekan ada 10 kasus, itu puncaknya dari 2024 ini," katanya.
Baca Juga: Antisipasi Kejahatan Jalanan, Polda DIY Optimalkan Program Smart City
Retno mengatakan salah satu penyebab adanya anak yang meninggal akibat DBD lantaran telatnya pertolongan.
Hal tersebut dikarenakan orang tua mengira anaknya sudah sembuh dari panas padahal itu adalah masa kritis.
"(Penyebabnya) Anaknya sakit itu tidak diperiksakan atau kadang diperiksakan ke dokter pribadi, terus ketika diminta kontrol ke hari ke berapa tidak datang kontrol," katanya.
"Masa kritis itu kan suhunya turun tapi itu tidak perbaikan mereka (orang tua anak) mengira adalah perbaikan. Biasanya terjadinya kematian itu karena keterlambatan pertolongan karena mereka (mengira anaknya) sudah membaik, sudah tidak panas. Sering kecolongannya di masa kritis seperti itu," katanya.
Pihaknya juga mengimbau para orang tua anak agar segera menghubungi faskes terdekat agar tidak terjadi keterlambatan. Selain itu pihaknya juga meminta masyarakat aktif membasmi jentik nyamu.
Artinya, ungkap dia, kalau terdapat permasalahan kesehatan tidak hanya panas terutama terkait DBD segera hubungi faskes terdekat.
Selain itu ikuti anjuran yang sudah diberikan oleh dokter supaya tidak terjadi keterlambatan.***