Memotret Ketupat yang Selalu Hadir di Hari Raya Idul Fitri

- 29 Maret 2024, 12:48 WIB
Memotret Ketupat yang  Selalu Hadir di Hari Raya Idul Fitri
Memotret Ketupat yang Selalu Hadir di Hari Raya Idul Fitri /ilustrasi/

Malanghits.com - Usai Idul Fitri, ada sebuah tradisi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa yaitu Lebaran Ketupat.

Lebaran Ketupat dilakukan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri. Lebaran Ketupat dilaksanakan pada hari kedelapan hari raya Idul Fitri atau pada 8 Syawal dengan ditandai memakan Ketupat.

Meski dilakukan oleh banyak masyarakat Jawa, namun masih banyak pula yang belum mengetahui tentang tradisi ini.

Baca Juga: Melirik Singkat Sejarah Paskah Kebangkitan Yesus Kristus dari Kematian

Dilansir dari NU Online, sejarah Lebaran Ketupat ini berawal dari Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan kepada masyarakat Jawa.

Tradisi Lebaran Ketupat atau Bakda Kupat merupakan simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa. Kupat adalah akronim dari Ngaku Lepat (mengakui kesalahan).

Simbolisasi inilah yang digunakan Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Jawa. Pasalnya pada waktu itu masih banyak orang meyakini kesakralan dari ketupat.

Asimilasi budaya dan keyakinan itulah yang pada akhirnya mampu mengantarkan kesakralan umat Islam merayakan Idul Fitri sebagai momentum yang tepat untuk saling meminta maaf, mengakui kesalahan, dan saling berbagi kepada sesama.

Makna Ketupat atau Kupat dalam Lebaran Ketupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Ngaku Papat.

Baca Juga: Rambut Rontok Bikin Engga Pede! Simak 4 Tips Untuk Mengatasinya

Ngaku Lepat sendiri bermakna mengakui kesalahan dan Ngaku Papat memiliki arti empat tindakan yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan.

Pertama, Lebaran. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar. Ini bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa.

Selanjutnya yaitu Luberan. Istilah ini berarti meluber atau melimpah yang menjadi simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin.

Pengeluaran zakat fitrah menjelang Hari Raya Idul Fitri, selain menjadi ritual wajib bagi Muslim, juga sebagai wujud kepedulian kepada sesama manusia.

Yang ketiga, Leburan yang memiliki makna habis dan melebur. Maksudnya, pada momentum Lebaran, dosa dan kesalahan akan melebur dan habis karena setiap Muslim dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Baca Juga: Jangan Sampai Ketinggalan, Bagi Lulusan SMA Kementerian BUMN Membuka Lowongan Pekerjaan

Keempat, Laburan yang berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air dan pemutih dinding.

Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Selain itu, Ketupat mencerminkan beragam kesalahan manusia. Hal ini bisa terlihat dari rumitnya membuat bungkusan ketupat.

Kemudian, ketupat dapat dimaknai sebagai kesucian hati. Hal ini lantaran setelah ketupat dibuka maka akan terlihat nasi putih yang mencerminkan kebersihan dan kesucian hati usai memohon ampunan dan segala kesalahan.

Tak hanya itu, Ketupat juga mencerminkan kesempurnaan. Bentuk ketupat begitu sempurna yang menggambarkan tentang kemenangan umat Islam setelah sebulan penuh berpuasa dan akhirnya bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Sejarah ketupat sebagai hidangan khas Lebaran perlu dipahami oleh umat Islam di Indonesia.

Sebagai salah satu tradisi yang khas di Indonesia, kamu tentunya tidak akan kesulitan menemukan dekorasi ataupun masakan ketupat di berbagai daerah di Indonesia.

Sejarah ketupat sebagai hidangan khas Lebaran dimulai pada masa penyebaran agama Islam di pulau Jawa.

Baca Juga: Agar Rumah Tangga Terus Harmonis, Datangnya Masalah Dapat Menyikapi Secara Bijak

Ketupat sebagai simbol yang identik dengan hari raya Idul Fitri memiliki filosofi tersendiri dari berbagai elemen di dalamnya.

Sejarah ketupat sebenarnya sudah ada sejak zaman Hindu-Budha di Jawa. Pada tahun 1600-an, di mana Islam mulai menyebar di Jawa, ketupat diperkenalkan dengan filosofi bermakna.

Sosok yang memperkenalkan filosofi ketupat adalah Raden Mas Sahid atau yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Pada masa ini, Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat sebagai makanan dengan filosofi khas lebaran. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.

Ketupat menjadi simbol perayaan hari raya Idul Fitri pada masa kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah.

Sejarah ketupat menjadi salah satu simbol untuk perayaan hari raya Idul Fitri umat Islam sejak pemerintahan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah.

Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupat.***

 

Editor: Sam Legowo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x