Tradisi Tak Pernah Hilang, Lebaran Beli Baju Baru

- 29 Maret 2024, 12:37 WIB
Tradisi Tak Pernah Hilang, Lebaran Beli Baju Baru
Tradisi Tak Pernah Hilang, Lebaran Beli Baju Baru /ilustrasi/

Tak berhenti di situ, tradisi ini juga mengakibatkan kesenjangan sosial dengan rakyat. Pihak yang memanfaatkan momentum tersebut mengenakan pernak-pernik berlebihan seperti pantolan berbahan benang emas hingga sejumlah atribut khas Eropa.

Hal ini berbeda dengan rakyat jelata yang justru hanya memiliki sedikit pilihan dalam membeli pakaian baru.

Melansir dari berbagai sumber lainnya, tradisi membeli baju lebaran sudah dimulai sejak tahun 1596 atau tepatnya pada masa Kesultanan Banten.

Hal ini tercatat dalam buku ‘Sejarah Nasional Indonesia’ karya Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto.

Namun sayangnya, di masa itu membeli baju bagus untuk dipakai saat Idulfitri hanya berlaku bagi kalangan kerajaan saja. Sementara rakyat biasa akan menjahit pakaian mereka sendiri.

Memasuki tahun 1900, rakyat biasa mulai memiliki hak untuk membeli baju baru saat lebaran. Dalam Harian De Locomotief, 30 Desember 1899, misalnya menggambarkan keadaan orang-orang yang mulai berpakaian Barat, mengikuti selera baju para polisi, kecuali kain penutup kepala.

Baca Juga: Temani Langkah Pengguna Penuhi Kebutuhan di Bulan Suci, Ikuti Promo Puncak Big Ramadan Sale 25 Maret 2024

Tradisi baju lebaran pun tak lagi hanya identik dengan peci dan sarung baru, tetapi ditambah dengan sepatu, celana panjang, dan topi khas Eropa.

Kebebasan memilih mode pakaian ini berimbas pada pertumbuhan industri tekstil di Hindia Belanda.

Pada masa pendudukan Jepang, tradisi baju baru lebaran sedikit tertahan. Produksi besar-besaran untuk memenuhi keperluan militer Jepang dan hilangnya bahan pangan di pasar membuat rakyat digerakkan untuk kerja paksa bahkan sampai-sampai pakaian disita.

Halaman:

Editor: Sam Legowo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x