Sejarah Perjuangan Kapitan Pattimura Membela Rakyat Maluku dari Kekejaman Belanda

- 23 Mei 2024, 19:52 WIB
Sejarah Perjuangan Kapitan Pattimura Membela Rakyat Maluku dari Kekejaman Belanda
Sejarah Perjuangan Kapitan Pattimura Membela Rakyat Maluku dari Kekejaman Belanda /ilustrasi/

Malanghits.com - Apakah pernah kamu mendengar nama Pattimura? Pattimura merupakan nama salah satu pahlawan nasional dari Maluku.

Nama Patimura kemudian diabadikan menjadi nama universitas, bandar udara, bahkan diabadikan menjadi gambar dalam uang pecahan Rp1.000 yang pernah diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Profil Kapitan Pattimura

Baca Juga: Sejarah Proklamasi Haria, Perjuangan Pattimura dan Rakyat Maluku Mengusir Penjajah

Kapitan Pattimura atau Patimura ialah pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Haria, Saparua, Maluku.

Terlahir pada 8 Juni 1783 di Saparua dengan nama asli Thomas Matulessy atau Thomas Matulessia.

Orangtuanya ialah Frans Matulessia dan Fransina Tilahoi. Dia memiliki seorang adik laki-laki bernama Yohanis.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Hari Raya Waisak Sebagai Bentuk Mengenang Parinirvana Buddha Gautama

Menurut I.O. Nanulaitta, dikutip dari Historia.id, keluarga Matulessia beragama Kristen Protestan.

Sejarah perjuangan Pattimura

Dikutip dari buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/Ma Kelas XI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014), sejarah perjuangan Pattimura dimulai kala rakyat Maluku mengalami perpecahan dan kemiskinan.

Baca Juga: Sejarah Candi Banon yang Dibangun Pada Abad ke-8 Masehi

Rakyat Maluku memproduksi cengkih dan pala untuk pasar dunia tetapi tidak mendapatkan keuntungan dari sisi ekonomi.

Bahkan rakyat Maluku makin menderita karena berbagai kebijakan seperti pajak yang berupa penyerahan wajib (Verplichte leverantie), contingenten, dan blokade ekonomi yang mengisolasi rakyat Maluku dari pedagang-pedagang Indonesia lainnya.

Pada 1810-1817, yakni fase kedua pendudukan Inggris di Maluku berakhir pada 1817 karena Belanda kembali menguasai wilayah Maluku.

Baca Juga: Sejarah Arca Ganesha, Dewa Ilmu Pengetahuan dan Penolak Bahaya Dalam Agama Hindu

Ketika Pemerintah Belanda mulai memaksakan kekuasaannya melalui Gubernur Van Middelkoop clan Residen Saparua Johannes Rudolf van der Berg, pecahlah perlawanan bersenjata rakyat Maluku.

Menghadapi kolonialisme, masyarakat Maluku menyelenggarakan musyawarah dan konsolidasi kekuatan.

Pada forum-forum tersebut, warga menyetujui Pattimura sebagai kapten besar yang memimpin perjuangan.

Pada 7 Mei 1817 di Baileu, Haria, Kapitan Pattimura ditetapkan sebagai Kapitan Besar. Kemudian ia memilih beberapa orang untuk membantunya.

Mereka adalah Anthoni Rhebok, Philips Latumahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan Sarassa Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.

Pada 16 Mei 1817, rakyat Saparua yang dipimpin Kapitan Pattimura berhasil merebut Benteng Duurstede.

Tentara Belanda yang ada di dalam benteng tersebut semuanya tewas, termasuk Residen Van den Berg.

Gubernur Van Middelkoop dan komisaris Engelhard memutuskan militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan mayor Beetjes yang kemudian disebut Ekspedisi Beetjes.

Kapitan Pattimura mengatur taktik dan strategi pertempuran. Pasukan rakyat sekitar 1.000 orang pun diatur untuk pertahanan sepanjang pesisir, mulai dari Teluk Haria sampai ke Teluk Saparua.

Untuk kedua kalinya, pasukan Belanda dapat dihancurkan pasukan Kapitan Pattimura. Selama tiga bulan lamanya benteng Duurstede dikuasai oleh pasukan Kapitan Pattimura.

Akan tetapi, Belanda melakukan operasi besar-besaran dengan pasukan lebih banyak dan senjata yang lebih modern.

Hal ini mengakibatkan pasukan Pattimura akhirnya kewalahan dan mundur.

Setelah Benteng Duurstede direbut kembali oleh Belanda, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap di Siri Sori. Dia beserta beberapa anggota pasukannya dibawa ke Ambon.

Belanda berusaha keras membujuk Kapitan Pattimura untuk bekerja sama, tapi bujukan itu selalu ditolak dengan tegas.

Kapitan Pattimura diadili Pengadilan Kolonial Belanda dan dijatuhi hukuman gantung.

Pada 16 Desember 1817, dia dieksekusi di depan Benteng Victoria, Ambon. Dia pun gugur sebagai Pahlawan Nasional.***

 

Editor: Jingga Almadea


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah