Menelusuri Jejak Prabu Jayabaya, Pemimpin Termasyhur di Kerajaan Kediri

- 15 Mei 2024, 19:18 WIB
Menelusuri Jejak Prabu Jayabaya, Pemimpin Termasyhur di Kerajaan Kediri
Menelusuri Jejak Prabu Jayabaya, Pemimpin Termasyhur di Kerajaan Kediri /ilustrasi/

Malanghits.com - Kerajaan Kediri adalah salah satu kerajaan bercorak Hindu di Indonesia. Kerajaan ini berlokasi di Dahanapura, Kediri, Jawa Timur.

Kerajaan Kediri memiliki nama lain Kerajaan Kadiri, Daha, dan Panjalu. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-11, tepatnya tahun 1045 M ini Selama hampir dua abad berkuasa, Kerajaan Kediri telah dipimpin oleh beberapa raja besar.

Salah satunya Prabu Jayabaya, pemimpin termasyhur di Kerajaan Kediri. Ia naik takhta sebagai Raja Kediri pada 1135 M.

Baca Juga: Sejarah Kawasan Cikini yang Menyimpan Banyak Cerita dari Masa Lalu

Semasa kepemimpinannya, Jayabaya berhasil menyatukan dua kerajaan yang dulunya dibagi dua oleh Airlangga.

Ia juga memutuskan menyerang Janggala, kemudian menyatukan dua wilayah yang dibagi oleh Mpu Bharada.

Prabu Jayabaya akhirnya memerintahkan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh untuk menggubah Kakawin Bharatayudha setelah menyatukan kedua kerajaan tersebut.

Baca Juga: Sejarah Perang Batak, Perjuangan Masyarakat Batak Melawan Penjajah Belanda Hingga Titik Darah Penghabisan

Karya sastra yang mengisahkan tentang kejayaan Pandawa terhadap Kurawa dalam Perang Bharatayuda.

Sri Wintala Achmad dari buku "13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa.

Dalam tulisannya, karya tersebut diubah untuk melukiskan kejayaan Kadiri atas Janggala dalam perang saudara atau trah Airlangga.

Baca Juga: Menelusuri Sejarah Awal Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Perubahan itu sebagai langkah politis dari Prabu Jayabaya untuk memutarbalikkan fakta.

Prabu Jayabaya yang merebut wilayah Janggala dilambangkan sebagai Yudistira (raja Amarta yang berjiwa mulia).

Sedangkan Raja Janggala dilambangkan sebagai Doryudana atau raja Hastina yang berwatak jahat.

Baca Juga: Sejarah Pangkalan Udara Gorda, Saksi Bisu Kekejaman Jepang di Indonesia

Dalam menggoreskan catatan sejarahnya, Jayabaya menyadarinya dengan mengeluarkan tiga prasasti penting yang menjadi warisan Jayabaya.

Ketiganya, yakni Prasasti Hantang atau Prasasti Ngantang, Prasasti Talan, dan Prasasti Jepun.

Di Prasasti Hantang tertulis tahun 1135 M ditemukan di Ngantang, Kabupaten Malang. Dinamakan Prasasti Hantang atau Ngantang karena ditemukan di Desa Ngantang.

Prasasti tersebut dituliskan dengan huruf kuadrat besar dan berbunyi Panjalu Jayati. Hal tersebut untuk memperingati pemberian anugerah Prabu Jayabaya pada penduduk Desa Hantang.

Adapun Isi prasasti ini memperlihatkan kebaktiannya terhadap raja. Selain itu, mereka tetap setia kepada raja sewaktu terjadi perang saudara.

Prasasti ini juga berisikan perincian anugerah yang pernah diterima oleh penduduk Hantang sewilayahnya dari yang telah dicandikan di Gajapada dan Nagapuspa.

Selanjutnya Prasasti Talan tertulis 1136 M yang ditemukan di Gurit, Babadan, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar.

Cap prasasti ini adalah Garudhamukalanca yang berbentuk badan manusia berkepala burung garuda dan bersayap.

Konon, prasasti ini yang mengilhami lambang burung garuda sebagai lambang negara Republik Indonesia. Prasasti Talan berisikan anugerah sima dari Prabu Jayabaya kepada penduduk Desa Talan.

Prasasti Jepun menjadi prasasti yang ketiga. Prasasti ini ditemukan di Jepun, Tegalrejo, Kecamatan Selapuro, Kabupaten Blitar.

Sayangnya prasasti ini tidak bisa dibaca isinya karena mengalami kerusakan. Prasasti terbuat dari batu ini dibuat pada 1066 Saka atau 7 Juli 1144 M.

Selain dikenal sebagai seorang raja yang bijaksana, Jayabaya juga sering digadang-gadang sebagai seorang pujangga pada zamannya.

Tidak hanya itu, konon Jayabaya juga disebut-sebut pandai meramal. Sedikitnya, ada sembilan ramalan Jayabaya tentang Indonesia yang terbukti, seperti munculnya kereta api, pesawat terbang, dan radio atau televisi.

Ramalan-ramalan Jayabaya ini dituangkan ke dalam sebuah buku bertajuk Kitab Jangka Jayabaya.

Terkait benar atau tidaknya ramalan Jayabaya, belum ada yang bisa membuktikan secara ilmiah.

Kendati demikian, selama memimpin sebagai raja, sistem pemerintahan di dalam Kerajaan Kediri sudah jauh lebih teratur. Selain itu, hukum juga sudah diterapkan secara tegas dan adil.***

 

 

Editor: Allegra


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah