Potret Komunitas Klub Mobil yang Anti Arogan dan Norak di Jalan

5 Juni 2024, 22:34 WIB
Potret Komunitas Klub Mobil yang Anti Arogan dan Norak di Jalan /Ilustrasi/

Malanghits.com - Kebanyakan komunitas motor atau mobil identik dengan arogansi atau ugal ugalan di mata masyarakat pada umumnya. Namun tidak dengan komunitas Mobil mungil atau mobil city car Suzuki Karimun Estilo. Mobil yang rata-rata keluaran tahun 2007 hingga tahun 2012.

Para pendiri komunitas mobil irit ini menamakan dirinya Skesi. kepanjangan dari Sahabat Suzuki Karimun Estilo Indonesia. Mereka berdiri sejak tahun 2020 dan pertama kali dideklarasikan di Propinsi Jawa timur.

“Kami ingin menjadi komunitas mobil yang berkendara dengan baik. Tidak Mentang-mentang dan ugal ugalan, yang mengganggu pengendara yang lain.” kata Budi Hari, ketua Skesi Jawa Timur. Saat ini anggotanya sudah berjumlah sekitar 300 lebih dari berbagai kota dan kabupaten di Jatim.

Selain itu Budi juga sebagai salah satu penggagas dan pembina Skesi seluruh Indonesia. Yang kini berjumlah sekitar 1000 anggota dari seluruh propinsi di tanah air.

Kegiatan yang dilakukan Skesi tidak hanya kongkow kongkow di jalan. ngopi darat, ngoprek mesin atau hanya utak atik mobil. Tapi mereka ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat dan menjadi ladang kebaikan bagi anggota Skesi.

Diantaranya rutin memberikan santunan kepada anak- anak yatim dan piatu. Terutama kepada anak yatim dari member atau anggota Skesi yang sudah meninggal. Santunan diberikan kepada yang membutuhkan menjelang hari raya Idul Fitri.

“Biasanya kami berikan santunan kepada anak-anak yatim, dua minggu sebelum hari raya Idul Fitri. Hitung- hitung kita memberikan istilahnya THR dan berbagi kebahagiaan dengan mereka”. Ujar Budi

Potret Komunitas Klub Mobil yang Anti Arogan dan Norak di Jalan

Ada juga Bentuk donasi sosial lain. yakni Santunan kepada keluarga anggota Skesi yang sudah meninggal, baik suami dan istri.

Selain itu secara spontan para anggota juga tergerak untuk patungan memberi donasi sosial kepada para korban bencana. Seperti bencana erupsi Semeru Lumajang beberapa waktu lalu.

Nah semua dana untuk santunan dan donasi sosial tersebut, ditarik ke anggota secara sukarela alias tanpa paksaan. Begitu juga nominalnya juga seikhlasnya dari anggota. Namun meski begitu mayoritas anggota tergerak untuk berpartisipasi tanpa disuruh.

Di Komunitas ini uniknya tidak menarik iuran rutin dalam bentuk apapun terhadap anggotanya. Baik itu iuran wajib mingguan, bulanan atau tahunan.

“ Kami sengaja tidak membebani anggota dengan iuran rutin dalam bentuk apapun. Semua dana kegiatan sifatnya bantingan atau patungan bersama. Misal saat kopdar kita urunan untuk bayar konsumsi dan sewa tempat. Dana kita galang jelang beberapa waktu sebelum hari H.” Jelas Budi

“Kami tidak ingin anggota terbebani soal uang dan sesuatu bersifat materi yang mengikat atau memaksa hahaha” kelakar Budi

Karena menurutnya persaudaraan, jiwa kekeluargaan, dan saling peduli lebih penting dalam membangun komunitas seperti Skesi.

“ Kita biasa saling peduli terhadap anggota. barangkali ada kendala mobil mogok dan kendala lain di jalan. Siapa pun yang dekat pasti tergerak untuk cepat membantu ”. kata Budi

Dan hal lainnya yang unik, meski anggota Skesi menjual mobil Estilo miliknya dan ganti dengan mobil lain. Mereka tetap dibolehkan menjadi anggota Skesi.

“ Jiwa kekeluargaan dan persaudaraan kami tidak akan luntur hanya karena kita beda atau sudah ganti mobil”. senyum Budi.

Sebuah potret komunitas mobil yang mungkin menjadi inspirasi. Agar terhindar dari stigma negatif masyarakat yang menilai klub mobil atau motor biasanya terkesan arogan dan Norak.

Jauh dari kesan sok gahar dan suka konvoi ngawur di jalan. Yang mengganggu kenyamanan pengendara lain.***

Editor: Allegra

Tags

Terkini

Terpopuler