Black Flying Fox, Spesies Kelelawar Terbesar di Dunia

25 April 2024, 14:23 WIB
Black Flying Fox, Spesies Kelelawar Terbesar di Dunia /ilustrasi/

Malanghits.com - Rubah terbang hitam atau kelelawar buah hitam (Pteropus alecto) atau dalam bahasa inggrisnya di sebut black flying fox adalah kelelawar dalam keluarga Pteropodidae.

Ini adalah salah satu kelelawar terbesar di dunia, namun jauh lebih kecil dibandingkan spesies terbesar dalam genusnya, Pteropus.

Black flying fox berasal dari Australia, Papua Nugini, dan Indonesia. Ini bukan spesies yang terancam.

Baca Juga: Penguin Mata Kuning, Spesies Penguin yang Jarang Bergaul

Mereka juga berada di Australia, khususnya di bagian utara, timur dan barat dari kontinen tersebut.

Animalia menginformasikan bahwa di dalam wilayah jelajahnya, kelelawar ini menghuni area pesisir dan sekitarnya.

Mereka berkumpul dalam koloni besar di hutan bambu, hutan hujan, hutan terbuka, hutan sabana dan rawa bakau.

Baca Juga: Penguin Adelie, Si Perenang Andal yang Berperilaku Unik

Spesies kelelawar ini cenderung lebih aktif saat malam hari, sementara di siang hari mereka akan bertengger di tempat yang disebut sebagai kamp.

Menakjubkannya, satu kamp bisa menampung ratusan ribu black flying fox, Akan tetapi kamp di wilayah utara biasanya hanya menampung kurang dari 30.000 kelelawar.

Mereka bahkan bertengger bersama red flying fox.

Baca Juga: Mengenal keunikan Slug, Siput Bugil Musuh Para Petani

Waktu mencari makan black flying fox baru dimulai saat malam hari. Mereka tidak ragu untuk melakukan perjalanan panjang sejauh 50 kilometer agar rasa laparnya terpenuhi.

Menu makannya tergantung pada musim dan pola makannya yaitu herbivora. Makanan utamanya adalah nektar, serbuk sari dan buah-buahan.

Untuk melengkapi dietnya, black flying fox juga mengonsumsi bunga pohon eukaliptus dan pohon kertas.

Baca Juga: Lintah, Kelompok Hewan Dalam Keluarga Cacing Beruas yang Memiliki Alat Pengisap Darah

Jika jenis makanannya sulit ditemukan, mereka akan beralih pada mangga dan buah-buahan komersial lainnya.

Saat habitat yang dihuni black flying fox sedang panas, mereka akan bergantung di pepohonan yang berada di dalam air.

Itu adalah cara mereka untuk mendinginkan diri, selain itu mereka akan melebarkan dan mengepakkan sayapnya berulang kali.

Sementara saat kedinginan atau basah, kelelawar ini akan melakukan pemanasan dengan melingkarkan sayapnya erat-erat pada tubuhnya.

Tidak banyak informasi yang tersedia mengenai sistem perkawinan black flying fox. Akan tetapi, betina yang melahirkan berkaitan dengan periode produktivitas tanaman di habitatnya.

Jadi, waktu kelahiran juga bervariasi tergantung pada lokasi yang dihuninya. Melansir Animal Diversity, di Brisbane, Australia sebagian besar kelahiran terjadi pada bulan Oktober hingga November.

Sementara itu, di wilayah utara Australia, puncak kelahiran terjadi pada bulan Januari hingga Maret. Kelahiran di bulan November sangat jarang terjadi.

Black flying fox bisa mengakses berbagai sumber daya yang tersedia di habitatnya, belum lagi wilayah jelajahnya saat mencari makan bisa sejauh 50 kilometer.

Hal tersebut berkaitan dengan peran pentingnya dalam menghubungkan bagian hutan hutan yang terisolasi dengan mengangkut benih dan serbuk sari ke tempat tersebut.

Bisa dikatakan bahwa black flying fox adalah penyerbuk penting dari dua spesies eukaliptus di bagian utara Australia.***

 

Editor: Reno Sari

Tags

Terkini

Terpopuler