Mengulas Sejarah Hari Pendidikan Nasional

- 2 Mei 2024, 10:58 WIB
Mengulas Sejarah Hari Pendidikan Indonesia
Mengulas Sejarah Hari Pendidikan Indonesia /ilustrasi/

Malanghits.com - Setiap tanggal 2 mei setiap tahunnya, seluruh rakyat Indonesia memperingati hari bersejarah yaitu Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

Peringatan ini merupakan momen istimewa bagi insan pendidikan untuk mengapresiasi jasa para pejuang pendidikan serta meningkatkan semangat mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tanggal 2 Mei juga dipilih sebagai Hardiknas karena bertepatan dengan kelahiran tokoh pendidikan Indonesia, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal Ki Hajar Dewantara.

Baca Juga: Menelusuri Sejarah Panjang Hari Buruh Sedunia

Ki Hajar Dewantara ialah tokoh pelopor pendidikan di Indonesia sekaligus pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa.

Dikutip dari laman Kemendikbud, Ki Hadjar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 dan merupakan keluarga bangsawan Pakualaman.

Bapak pendidikan yang terlahir dari keluarga bangsawan dan kaya raya pada masa kolonial belanda ini dikenal sebagai sosok yang berani karena mampu menentang kebijakan pendidikan dari pemerintah hindia Belanda pada masa itu.

Baca Juga: Sejarah Desa Legetang Dieng, Misteri Peradapan yang Hilang Secara Misterius Dalam Satu Malam

Karena terlahir dari keluarga bangsawan, Ki Hadjar Dewantara mendapat kesempatan untuk masuk STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen) atau yang biasa disebut Sekolah Dokter Jawa.

Namun, karena kondisi kesehatannya, dia tidak dapat melanjutkan pendidikannya di sekolah tersebut.

Setelah gagal melanjutkan sekolah, Ki Hadjar Dewantara terjun ke dunia jurnalisme dan berkarir di beberapa surat kabar dan majalah pada waktu itu.

Baca Juga: Menelusuri Sejarah dan Asal Usul Nasi Uduk, Hidangan Persilangan Dua Budaya

Dalam tulisannya, Ki Hadjar Dewantara menyampaikan kritik sosial-politik kaum bumiputra kepada penjajah.

Ia dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap pemerintahan Pemerintah Belanda, terutama tentang pendidikan.

Karena sifatnya yang kritis tersebut, Ki Hadjar Dewantara ditangkap dan diasingkan ke Belanda bersama dengan Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo.

Ketiga tokoh inilah yang dikenal sebagai Tiga Serangkai.

Setelah kembali dari pengasingannya di Belanda, Ki Hadjar Dewantara mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa pada 3 Juli 1922.

Kemudian setelah Indonesia merdeka, Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1950. Pada 26 April 1959, Ki Hadjar Dewantara wafat.

Atas semua jasa dan perjuangannya dalam bidang pendidikan, Ki Hadjar Dewantara dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia seperti yang tertulis pada Keputusan Presiden RI Nomor 305 Tahun 1959.

Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 1961 tentang Perubahan Hari Pendidikan Nasional, tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara yaitu 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hajar Dewantara membentuk tiga semboyan yang diterapkan dalam sistem pendidikan Indonesia. Ketiganya yakni sebagai berikut:

1. Ing Ngarso Sung Tulodo yang berarti 'Di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik.'

2. Ing Madyo Mangun Karso yang berarti 'Di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan Prakarsa dan ide.'

3. Tut Wuri Handayani yang berarti 'Di belakang, guru harus bisa memberikan dorongan atau arahan.***

 

Editor: Sam Legowo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah