Sejarah dan Asal-usul Barongsai, Simbol Keberuntungan Dalam Masyarakat Tradisional di China

- 10 Februari 2024, 10:00 WIB
Sejarah dan Asal-usul Barongsai, Simbol Keberuntungan Dalam Masyarakat Tradisional di China
Sejarah dan Asal-usul Barongsai, Simbol Keberuntungan Dalam Masyarakat Tradisional di China /

Malanghits.com, Salah satu tradisi masyarakat China ketika menyambut Imlek adalah kesenian Barongsai.

Barongsai adalah nama yang hanya digunakan di Indonesia. Tarian yang sama disebut wu shi di China atau Lion Dance di mancanegara.

Dikutip dari China.org.cn, sosok barongsai atau makhluk di Lion Dance merupakan seekor singa atau raja hutan.

Baca Juga: Sejarah Shio Dalam Astrologi China dan Mengulas Alasan Mengapa Tidak Ada Shio Kucing di Zodiak Cina

Singa adalah simbol keberuntungan dalam masyarakat tradisional di China. Lion Dance mulai populer dan muncul sejak 2000 tahun lalu.

Namun catatan menunjukkan tarian ini dipertunjukkan untuk keluarga kerajaan pada masa Dinasti Tang (618-907 Masehi).

Tarian ini dimainkan oleh dua orang yang berperan sebagai singa. Satu orang menggerakkan kepala sementara lainnya menggerakkan badan dan ekor.

Baca Juga: Menelusuri Sejarah Angpao Saat Perayaan Imlek, Tradisi Warisan Leluhur Asal Dataran Cina

Ada juga satu pemain berperan sebagai anak kecil dan penari yang mengayunkan bola sutra untuk dimainkan singa.

Pertunjuk Lion Dance terbagi menjadi Wen shi (singa sipil) dan Wu shi (singa bela diri).

Wen shi menggambarkan singa yang jinak, lucu, dan mau bercanda menjilati orang atau mengangguk.

Baca Juga: Mengulas Legenda dan Makna Kue Keranjang di Setiap Perayaan Imlek

Sebaliknya, Wu shi menggambarkan singa yang kuat, mampu lompat dan jungkir balik, memanjat meja tinggi, atau menginjak lima tiang kayu.

Salah satu legenda mengenai tarian singa ini berasal pada Dinasti Qing (1644-1911). Saat itu, Kaisar Qianlong bermimpi tentang seekor binatang berbulu cerah dalam perjalanannya.

Ketika kembali ke Beijing, kaisar memerintahkan anak buahnya membuat patung sesuai bentuk hewan keberuntungan yang diimpikannya.

Dia juga memerintahkan patung hewan itu diarak dalam festival dan upacara untuk mensejahterakan negara dan mendamaikan masyarakat.

Sementara itu, istilah tarian barongsai hanya dikenal di Indonesia.

Tarian ini dimainkan dengan cara mirip Lion Dance pada perayaan Imlek oleh masyarakat Tionghoa.

Dilansir dari situs Kemenparekraf, barongsai berasal dari kata "barong" yang berasal dari kata Bali Barong dan kata "sai" dari bahasa Hokkian yang berarti singa.

Tarian ini merupakan wujud akulturasi budaya Tionghoa dengan budaya Indonesia. Barongsai telah ditetapkan sebagai warisan kesenian budaya tak benda Indonesia pada tahun 2010.

Barongsai dikenal di Indonesia bersamaan dengan keberadaan etnis Tionghoa di Nusantara.

Sempat dilarang dimainkan para masa Orde Baru sejak 1967, tarian ini muncul kembali pada perayaan Imlek 1999.

Masyarakat Tionghoa menganggap singa sebagai simbol keberanian, kekuatan, kebijakan dan keunggulan.

Karena itu, tarian barongsai diselenggarakan saat Imlek untuk mengusir roh jahat, serta memberikan kemakmuran dan keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa.

Barongsai dimainkan oleh dua orang. Satu orang bertugas menggerakkan kaki depan barong, sementara orang satunya menggerakkan kaki belakang dan tubuh barong.

Atraksi barongsai diiringi musik dari 10 pemusik menggunakan alat musik simbal, gong, dan terompet. Tarian ini biasanya diadakan di vihara, kelenteng, pecinan, atau tempat umum lain.

Kepala barongsai dulu terbuat dari rotan seberat sepuluh kilogram. Namun kini berganti dengan bahan campuran yang lebih ringan menjadi 3 kilogram.

Di Semarang, Jawa Tengah, topeng barongsai akan disembahyangkan di klenteng dan diberi kertas kuning bertuliskan aksara China bernama Hoo sebelum pertunjukkan.

Langkah ini diperlukan untuk memberikan keselamatan.

Barongsai tradisional memiliki lima warna dasar yaitu hitam, putih, merah, kuning, dan hijau.

Orang yang memainkan barongsai haruslah pandai kungfu. Mereka umumnya punya kemampuan “Aliran Utara” yang disebut Bei Jing Shi dan “Aliran Selatan” yang disebut Nan Shi.

Dalam aksinya, pertunjukkan barongsai didampingi tarian naga yang disebut liong. Tarian ini dilakukan oleh sembilan orang yang menggerakkan naga tiruan dari kain.

Orang yang melakoni pertunjukkan barongsai dan liong harus memiliki kerjasama, kemampuan akrobat dan olah tubuh yang baik, serta sportivitas untuk menciptakan gerakan apik.***

 

Editor: Reno Sari


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah