Letak patahan timur mengalami penurunan lebih terlihat dibandingkan patahan di bagian barat.
Baca Juga: Mengenal Sejarah Prasasti Kaladi yang Menujukkan Jaringan Perdagangan Maritim Era Mataram Kuno
Dipantau sejak 1963 Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan, BMKG mulai memantau Sesar Lembang sejak 1 Januari 1963.
Dia menjelaskan, BMKG bahkan mulai memasang dan mengoperasikan Seismograph WWSSN (World Wide Standardized Seismograph Network) pertama kali di Lembang.
"Jenis seismograf ini adalah Benioff Short Period 3 Komponen dan Sprengneter Long Period 3 Komponen," kata Daryono.
Baca Juga: Situs Goa Made, Bangunan Era Klasik Peninggalan Raja Airlangga
Daryono mengatakan, BMKG bisa memantau aktivitas Sesar Lembang dengan lebih baik sejak tahun 2008.
Pasalnya, sejak saat itu, BMKG mulai mengoperasikan jaringan monitoring gempa digital memakai sensor dengan kawasan frekuensi lebar.
BMKG kembali memasang 16 sensor seismic periode pendek secara lebih rapat pada tahun 2019 untuk melengkapi 19 seismograf broadband yang sudah terpasang sebelumnya di Jabar dan Banten.
"Sensor gempa yang baru dipasang 2019 ini sengaja dipasang mengepung jalur Sesar Lembang, Cimandiri, dan Baribis. Instalasi sensor baru ini bukan saja untuk tujuan operasional tetapi untuk tujuan kajian sesar aktif," pungkasnya.***