Menelusuri Sejarah Baju Adat Betawi yang Identik Dengan Warna Cerah

18 Mei 2024, 19:17 WIB
Menelusuri Sejarah Baju Adat Betawi yang Identik Dengan Warna Cerah /ilustrasi/

Malanghits.com - Indonesia memang kaya akan tradisi dan budaya, setiap wilayah punya kebanggan masing-masing.

Tidak terkecuali dengan Betawi atau yang sekarang lebih akrab disebut dengan Jakarta. Modernisasi dan digitalisasi yang besar-besaran yang terjadi di ibukota memang sedikit banyak berpengaruh.

Jika berkaitan dengan baju adat Betawi, sekarang memang sudah cukup langka jika digunakan untuk kegiatan sehari-hari.

Baca Juga: Sejarah Baju Kurung, Salah Satu Warisan Budaya Melayu yang Patut Dilestarikan

Tapi sesekali masih bisa dilihat pada beberapa perayaan. Seperti pada acara Abang None Jakarta, Pekan Raya Jakarta, pernikahan, dan beberapa upacara adat khas Betawi.

Tak jarang anak muda juga melakukan padu padan baju adat Betawi untuk outfit sehari-hari. Karena memang ada beberapa jenis yang bentuknya kasual.

Sejatinya, jenis baju adat Betawi cukup banyak dan dulunya dipakai dengan tujuan masing-masing. Ada versi yang kasual, formal, dan juga khusus.

Baca Juga: Mengulas Sejarah Perkembangan Pers di Indonesia dari Masa ke Masa

Sejarah Singkat Baju Adat Betawi

Digadang-gadang, masyarakat Betawi sudah mengenal pakaian adat sejak abad ke-15. Baju adat Betawi atau yang disebut abang none atau “demeng” dipengaruhi oleh berbagai budaya.

Mulai dari Arab, Tionghoa, India, sampai dengan Eropa saat para pedagang datang ke Indonesia untuk berdagang.

Baca Juga: Mengenal Jenderal Gatot Soebroto, Tokoh Internasional Pembela Rakyat Kecil

Bentuk dari baju adat Betawi pun juga semakin beragam berkat akulturasi dari negara lain. Nah, terkait warna dan motifnya sendiri terpengaruh oleh budaya Barat dan juga Tionghoa.

Dan modelnya masih bisa dilihat sampai saat ini. Banyak digunakan untuk berbagai kegiatan seperti pernikahan, acara adat, khitanan, dan lain-lain.

Karakteristik Baju Adat Betawi

Jenis baju adat Betawi cukup beragam dan semuanya memiliki karakteristik masing-masing.

Misalnya saja untuk ada namanya baju Pangsi Betawi yang memang dipakai para jawara. Stylenya sederhana yaitu satu set baju tikim dan celana pangsi.

Dulu, pemilihan warna baju pangsi khas Betawi memiliki simbol masing-masing. Contohnya saja jika warna krem atau putih biasanya dipakai ahli silat atau pemuka agama.

Tapi kalau hitam biasanya dipakai oleh penjahat. Namun sekarang ini, baju pangsi digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Bahkan yang paling sering digunakan adalah warna hitam.

Fungsi Baju Adat Betawi

Secara umum, baju adat Betawi memiliki banyak fungsi. Seperti digunakan untuk memperingati perayaan hari besar.

Bisa juga dipakai sebagai penanda status sosial, identitas daerah saat berkunjung ke wilayah lain, serta dipakai untuk pesta adat seperti pernikahan.

Meski baju pernikahan semakin berkembang, masih banyak orang Betawi asli yang ingin mempertahankan budayanya dengan memakai pakaian adatnya. Dan memang terbukti, baju pernikahan khas Betawi memiliki keunikan tersendiri.

Jenis Baju Adat Betawi

Jenis baju adat Betawi cukup banyak, baik yang diperuntukkan bagi wanita, pria, atau bahkan keduanya.

Jika kamu sering nonton drama, sinetron atau film bernuansa Betawi yang kental, pasti juga sudah tidak asing lagi dengan bentuknya.

Yuk simak di bawah ini berbagai jenis baju adat Betawi yang masih populer sampai kini.

1. Kebaya Encim

Namanya adalah kebaya encim atau kebaya kerancang yang digunakan oleh para perempuan. Tampilannya sederhana namun tetap anggun, buat banyak wanita jatuh cinta dengan baju ini.

Bahkan sekarang sudah mulai anak mudah melakukan mix and match dengan kebaya encim. Ciri khas kebaya encim sendiri adalah terbuat dari bahan brokat atau lace yang dikombinasikan dengan bordiran.

Selain itu model atau bentuknya di bagian depan meruncing atau mengerucut. Kebaya encim biasanya dipadukan dengan kain motif Pagi Sore atau Belah Ketupat.

2. Baju Sadariah

Jika wanita pakai kebaya encim, pria menggunakan baju sadariah. Pakaian ini terdiri dari bawahan celana panjang komprang motif batik parang atau lereng.

Ditambah baju koko putih, cukin atau sarung, dan peci hitam beludru. Akan lebih lengkap lagi dengan sendal terompah yang buat semakin gagah.

Baju sadariah ini dahulu kala menunjukkan seseorang yang religius. Kombinasi kebaya encim dan baju sadariah memang sangat pas untuk berbagai acara.

3. Ujung Serong

Selanjutnya juga ada pakaian bernama ujung serong yang lebih resmi lagi. Biasanya digunakan aparatur negara, tamu pernikahan, menyambut tamu spesial, dan lain sebagainya.

Ini adalah baju pria yang terdiri dari kemeja putih dengan lapisan jas hitam tertutup. Sementara bagian bawah, mengenakan celana pantalon dengan warna yang senada dengan jas.

Tidak lupa di bagian pinggang dililitkan kain batik yang panjangnya sampai paha. Aksesorisnya ada jam dan juga jam rantai yang digantungkan di areal sekitar dada.***

Editor: Jingga Almadea

Tags

Terkini

Terpopuler